Ro’an merupakan salah satu Kegiatan rutin Santri yang berlangsung setiap hari Jum’at Pagi di Pondok Pesantren Sunan Bejagung. Semua Santri diwajibkan mengikuti Ro’an yakni membersihkan seluruh area Pondok Pesantren baik itu  halaman Pondok, Asrama, Mushola ( Pendopo Soko Songo ), Aula Belajar Santri , Tempat Wudlu, Kamar mandi , JMP ( Jemuran Pakaian ) , Saluran air , Lapangan , dan lain lain.

Apa itu Ro’an ?

Ro’an, kata yang pastinya tidak asing lagi untuk dunia pesantren. Kata ini telah menjadi ciri khas seorang santri untuk menggantikan kata “Gotong Royong”.

Entah dari mana kata ini berasal dan siapa yang pertama kali menggunakan istilah ini dalam dunia pesantren. Beberapa kali kami mencari ma’na dan asal kata ini, namun tetap saja nihil. Satu-satunya perkiraan sebagaimana dilansir Suara Pesantren, bahwa ro’an berasal dari bahasa Arab “tabarraka-yatabarraku-tabarrukan”. Jadi ro’an di sini adalah hasil penggalan dua suku kata akhir dari mashdar (tabarrukan). Tabarrukan sendiri mempunyai arti mengharap kebaikan, kemudian kata ini mengalami penyusutan menjadi Rukan atau Ru’an kemudian lambat laun menjadi Roan. Sedikit jauh dari kemiripan suku kata dan adanya pembuangan huruf memang, tetap kami tuliskan karena sementara ini hanya  penjelasan itu yang kami temukan.

Ada juga yang berpendapat jika ro’an adalah kata yang berasal dari bahasa arab, yakni ro’yun. yang artinya pendapat, gagasan, opini. Karena gotong-royong yang dilakukan oleh santri di pesantren biasanya bukan atas perintah, tetapi atas kehendak dirinya sendiri. Jika ia berpendapat bahwa sesuatu itu perlu dibenahi, maka secara naluri si santri dengan sendirinya dan senang hati akan membenahi atau mencari solusinya tanpa menunggu  perintah.

Pada kenyataannya para santri  tidak mempermasalahkan arti dan istilah ro’an, mereka selalu menjadikan nama lain dari gotong-royong ini sebagai tradisi di pesantren masing-masing, khusunya di hari-hari libur. Sebenarnya jika kita perhatikan, ada banyak sekali manfaat dan nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Diantaranya adalah :

1- Melatih Santri Untuk  Berjiwa Sosial

Santri memang harus mempersiapkan dirinya untuk kembali ke masyarakat kelak, sehingga membekali diri mereka masing-masing dengan keilmuan adalah sebuah keniscayaan. Tetapi menumbuhkan solidaritas dan jiwa sosial juga tidak kalah penting, sebab mereka harus mampu berbaur dengan masyarakat dalam keseharian. Nah, tradisi ro’an kami rasa cukup mendidik dan mengajarkan mereka akan Pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial bermasyarakat kelak.

2-  Menanamkan Sifat Sabar dan Ikhlas

Sabar dan Ikhlas adalah sifat yang membutuhkan latihan-latihan tersendiri, dengan arti ia bukanlah sifat dari lahir atau datang begitu saja. Dengan ro’an inilah mereka dilatih untuk sabar dalam tolong-menolong juga ikhlas dalam meluangkan waktu dan tenaga.

3 Penanaman Karakter Peduli Lingkungan

Santri yang menjalankan tradisi roan akan peka terhadap kebersihan lingkungan serta selalu menjaga diri dari keinginan untuk merusak lingkungan. Tradisi roan erat kaitannya dengan ajaran islam tentang kebersihan. Harapannya jangan hanya slogan  “Kebersihan dari iman” itu sebatas slogan saja, tetapi benar – benar menyadarkan para santri bahwa inilah sebenarnya ajaran Islam yang harus dijalankan. ( Di peroleh dari beberapa sumber )

(CC.KA/CE.Az)