Siapakah K.H. Abdul Matin Djawahir ?
Mengenal K.H. Abd. Matin Djawahir, Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung, Ketua Umum MUI Tuban dan Wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Timur.
Panggilan akrabnya Mbah Yai Matin. Nama lengkapnya K.H. Abd. Matin Djawahir, lahir pada 1 Juli 1955. Saat ini, Mbah Yai Matin menjabat sebagai Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim dan Ketua Umum MUI Tuban Serta Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung. Sebelumnya,beliau pernah menjabat sebagai Ketua PC NU dan Ketua STITMA Tuban.
Mbah Yai Matin adalah putra dari pasangan Kiyai Djawahir atau dikenal dengan sebutan Mbah Dju dan Mbah Nyai Rumiatun. Meski hidup di tengah-tengah keluarga sederhana, namun beliau tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan Pondok Pesantren. Yakni, Ponpes Maslahul Ulum Al Umariyah Desa Laju Lor Kecamatan Singgahan, 50 km ke barat daya dari pusat kota Tuban.
Bersama tujuh bersaudara yakni, Nyai Masrufah, K. Zainal Abidin,K.H. Abd. Matin,Nyai Mubaidhoh,K. Ainul Yaqin, K. Minanurrohman,dan K. Syaifudin. Mbah Yai Matin merupakan keturunan (dzuriyah) dari Sunan Bejagung. Apabila ditarik garis keturunan ke atas, silsilahnya yaitu KH. Abd. Matin bin KH. Djawahir bin KH. Abdus Syakur bin KH. Yahya bin KH. Muhyiddin, ke atas sampai Sunan Bejagung.
Latar Belakang
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diselesaikan pada tahun 1966 dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada tahun 1969. Pendidikan dasar dan menegah diselesaikan di tanah kelahiran beliau, Tuban. Sementara itu, PGA 4 tahun diselesaikan pada tahun 1974, dan PGA 6 tahun diselesaikan tahun 1976 di Bojonegoro. Salah satu santri Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo tersebut menamatkan Sarjana Muda Tarbiyah (BA) di IAIN Bojonegoro pada tahun 1979. Sedangkan Sarjana Lengkap Tarbiyah (S1) diselesaikan di IAIN Walisongo Semarang Tahun 1971. Sementara Sarjana Hukum diselesaikan di Fakultas Hukum Universitas Malang (UNISMA) tahun 1986.
Mbah Yai Matin muda pernah merasakan gemblengan dibeberapa pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah Seperti; Ponpes Maslahul Ulum Al Umariyah Laju Lor Singgahan Tuban hingga MTs pada tahun 1969, Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo tahun 1969 s.d 1972, Ponpes Al-Anwar Sarang Rembang pada Tahun 1972 hingga 1975.
Berjuang di NU
Tidak sedikit organisasi formal yang pernah diamanahkan kepada KH. Abd. Matin Djawahir. Bahkan, beliau menduduki posisi penting dalam organisasi. Semula berawal dari Bangilan Pada tahun 1974 beliau menikah dengan Bu Nyai Hj. Siti Romlah salah seorang santriwati asli Bangilan Kabupaten Tuban. Delapan tahun kemudian, tepatnya kurun tahun 1982 hingga 1985 diberi amanah Lembaga Pendidikan Ma’arif sebagai koordinator LP Ma’arif Kecamatan Bangilan. Lantas diberi amanah sebagai Ketua Lembaga Dakwah PC NU Tuban pada tahun 1985 hingga 1989. Tahun 1989 diangkat sebagai Wakil Ketua PC NU Tuban. Berlanjut Ketua PC NU Tuban periode jabatan tahun 1993-1998.
Pengalaman berorganisasi tidak hanya sebatas pengurus cabang, Beliau juga berperan penting dalam kepengurusan wilayah. Periode tahun 1998-2001 menjadi Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur berlanjut pada tahun 2001, diangkat menjadi Wakil Ketua PWNU Jawa Timur sampai tahun 2006, Lantas diamanahi Masyarakat NU Jawa Timur sebagai Wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Timur pada Tahun 2011 sampai sekarang. Selain itu, di sela-sela kesibukan beliau sebagai Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung, mulai tahun 2007 diberi amanah sebagai Ketua MUI Kabupaten Tuban sampai sekarang.
Hijrah Ke Tuban
Ketika menjabat sebagai koordinator LP Ma’arif di Kecamatan Bangilan, KH. Abd. Matin Djawahir diutus oleh sesepuh NU, KH. Murtadji selaku Rois Syuriah PC NU Tuban, menjadi Ketua Lembaga Dakwah PC NU Tuban. Beliau diutus KH. Murtadji untuk mewakili sebagai mubaligh di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, bahkan ke Pulau Bawean dan Madura. Di samping kesibukan sebagai mubaligh, beliau diberi amanah untuk mengajar di SMA Mualimin Tuban.
Selanjutnya, KH. Abd. Matin Djawahir diutus KH. Murtadji untuk menggantikan jabatan beliau sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Sunan Giri (UNSURI) Gresik, kampus Tuban yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA). KH. Abd. Matin Djawahir juga Merupakan Salah satu tokoh pendiri STITMA Tuban.
Kesibukan beliau sebagai Guru SMA Mualimin Tuban, tentu sangat melelahkan jika beliau harus pulang pergi dari Bangilan ke Tuban setiap hari. Oleh karena itu,beliau memutuskan untuk menetap di Tuban. Maka terpilihlah kelurahan Ronggomulyo, tepatnya sebelah selatan Ponpes Ashomadiyah/Makam Agung Tuban sebagai tempat tinggal sampai Kurun waktu tahun 1990-an. Lantas, beliau mendirikan rumah di Kelurahan Perbon pada tahun 1990. Masyarakat Perbon dan sekitarnya sangat familiar dengan beliau sebagai mubaligh, maka dari itu banyak masyarakat sekitar mengaji di dalem beliau. Bermula pada pertengahan tahun 1990-an semakin hari santri semakin bertambah bahkan ada pula santri dari luar Daerah maka, munculah rencana untuk mendirikan pondok pesantren. Akhirnya keinginan untuk mendirikan Pondok Pesantren terwujud dengan nama Pondok Pesantren Nurul Anwar.
Nurul Anwar menjadi Sunan Bejagung
Pada Tahun 1998 atas kehendak Allah SWT. Beliau diberi amanah untuk mendirikan Pondok Pesantren di desa Bejagung. Hal ini berakibat Santri Pondok Pesantren Nurul Anwar bermigrasi ke Bejagung. Konon lokasi yang akan didirikan pondok merupakan napak tilas pondok yang didirikan oleh Mbah Maulana Abdullah Asy’ari. Maka diberilah nama Pondok Pesantren Sunan Bejagung sebagai bentuk Tabarukan (ngalap berkah pen.) kepada Mbah Maulana Abdullah Asy’ari. Pondok Pesantren tersebut berdiri di atas lahan seluas 1,5 Ha di sebelah timur laut Makam Sunan Bejagung Kidul.
Awal berdiri Pondok Pesantren Sunan Bejagung sampai sekarang ini sudah ada beberapa unit pendidikan yaitu; Madin Uula, Madin Wustho, Raudlotul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP Islam (SMPI) Plus, Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Dengan jumlah santri mencapai 1.700 Santri. Dalam menjalankan Roda Ponpes Sunan Bejagung KH. Abd. Matin Djawahir, didampingi putra-putri beliau yaitu, Gus Hadi (Sulamul Hadi, SH,M.Hum.), Neng Elmi (Nur Elmi Sholihah, S.Pd.I), Gus Najib (Muammar Najib, S.Pd.I, M.Pd) dan Menantu beliau Gus Aqib (M.Husnul Aqib, S.Ag, M.HI), terus menerus berjuang untuk memajukan Pondok Pesantren Sunan Bejagung disegala bidang, baik pendidikan Agama, sarana dan prasarana.
Sebagai pendiri serta pengasuh Pondok Pesantren Sunan Bejagung, beliau selalu memotivasi santri dan masyarakat sekitar untuk selalu beribadah dan gigih berjuang di Jalan Allah SWT. Karena hal itu, sebagai sarana menuju kebahagiaan dunia akhirat. Berjuang di jalan Allah tentu tidak semudah membalikan tangan. Namun perjuangan yang disertai kendala,tantangan, dan ujian. Kemudian dilakukan dengan ikhlas dan ridho, pasti Allah SWT memberikan jalan kesuksesan. (adm.ms)