Pendahuluan
Rabu wekasan merupakan ritual keagamaan yang dilakukan setiap akhir malam rabu di bulan safar (bulan kedua dalam kalender Hijriyah) sebagai bentuk meminta keringanan kepada Allah SWT dari berbagai macam bala’ (malapetaka dll) yang akan diturunkan oleh Allah pada malam tersebut dan hal ini sudah berlangsung lama dan sudah mentradisi di kalangan masyarakat Islam. Dalam pandangan Islam yang lebih luas, tradisi Malam Rabu Wekasan seringkali diperdebatkan. Sebagian ulama memandang bahwa tradisi ini adalah bentuk sinkretisme atau penggabungan antara budaya lokal dengan ajaran Islam. Mereka berpendapat bahwa kepercayaan tentang bulan Safar yang membawa sial atau musibah tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an atau Hadis.
Namun, sebagian masyarakat Muslim, khususnya di Jawa, tetap melaksanakan tradisi ini sebagai bentuk kearifan lokal yang diyakini dapat membawa kebaikan. Mereka melihatnya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan berdoa dan memperbanyak amal kebaikan.
Asal Usul
Asal usul amalan ini bermula dari anjuran Syaikh Ahmad bin Umar Ad-dairobi dalam kitabnya yaitu “Fathul Malik Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’I Kulli Jabbarin ‘Anid” ata sering disebut dengan Mujarrobat Ad-Dairobi. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa salah seorang dari waliyullah yang telah dibuka kasyafnya oleh Allah SWT menuturkan bahwa dalam setiap tahun pada hari rabu terakhir pada bulan Shafar,Allah SWT mennurunkan 320.000 macam bala’.Dengan alas an tersebut beliau menganjurkan bagi ummat islam untuk shalat dan berdoa semoga dihindarkan dari berbagai macam bala’ oleh Allah SWT.
Amalan-amalan
Adapun bentuk amalan-amalan pada malam rabu wekasan ialah : 1. Sholat Hajat li daf’il bala’, 2. Berdoa dengan doa-doa khusus yang dianjurkan oleh para Ulama’, 3. Minum air suwukan (air yang diberi rajah),4. Amalan-amalan baik seperti bersedekah dll sebagainya yang mana dalam Islam digunakan sebagai tolak bala’.Perlu diketahui bahwa sholat yang dilaksanakan pasa malam itu ialah sholat Hajat untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Bukan sholat rebo wekasan karena tidak ada yang dinamakan sholat rebo wekasan
Di Pondok Pesantren Sunan Bejagung ini juga sudah mentradisi dari dulu hingga sekarang.Sholat hajat ini dilakukan dua Rakaat satu salam. Adapun niat sholat hajat ialah :
أُصَلِّي سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى.
Setelah membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali, surat Al-Falaq sekali dan surat An-Nas sekali. Ini dilakukan tiap-tiap raka’at. Bacaan dalam sholat ini dilakukan dengan sirri (pelan).
Setelah sholat, kemudian membaca do’a berikut ini.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ.
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ، يَا عَزِيْزُ، ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ. اِكْفِنَا مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ. يَا مُحْسِنُ، يَا مُجَمِّلُ، يَا مُتَفَضِّلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُكْرِمُ، يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ، اِكْفِنَا شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيْ، فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Kemudian setelah sholat, membaca ayat Sajdah lalu Sujud Tilawah.
.