Hari Santri Nasional
Etika Santri
Santri tidak akan pernah berhenti ngaji
Karena:
Allah tidak pernah memerintahkan nabinya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali meminta tambahan ilmu.
وَقُل رَّبِّ زِدۡنِی عِلۡمࣰا
[Surat Tha-Ha 114]
“Katakanlah wahai Muhammad, tambahkanlah ilmu kepadaku”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لن يشبع المؤمن من خير يسمعه، حتى يكون منتهاه الجنة
“Seorang mukmin tidak akan merasa kenyang dari kebaikan yang ia dengar sampai ujungnya adalah surga (HR at Tirmidzi)
Santri itu ngaji langsung pada kyai, tidak sekedar baca-baca buku atau buka google
Karena:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ngaji secara langsung kepada malaikat Jibril. Allah berfirman :
(عَلَّمَهُۥ شَدِیدُ ٱلۡقُوَىٰ)
[Surat An-Najm 5]
“Syadid al Quwa (Jibril) telah mengajarinya (Muhammad)”.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
يا أيُّها الناسُ تعلَّموا فإنَّما العِلمُ بالتعلُّمِ والفِقهُ بالتفقُّهِ فمَنْ يُرِدِ اللهُ بهِ خيرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Wahai manusia belajarlah, karena sesungguhnya ilmu itu hanya bisa didapat dengan belajar (ngaji), dan fiqih juga bisa didapat dengan belajar (ngaji), barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan maka Allah memberinya pemahaman dalam bidang agama” (HR at Thobaroni)
Santri itu ngaji pada orang yang memiliki sanad sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Karena:
Abdullah bin Mubarak Radliyallahu anhu berkata:
الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Sanad itu bagian dari agama, kalaulah tidak karena sanad pastilah setiap orang berkata (tentang agama) semaunya”.
Santri itu hanya ngaji pada seorang guru yang beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan tsiqoh (terpercaya), bukan pada orang yang mudah berfatwa tanpa ilmu
Karena:
Muhammad ibn Siirin rahimahullah berkata:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Sesungguhnya ilmu ini (Ilmu agama) itu bagian dari agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian” HR Muslim
Santri tidak boleh belajar kepada orang Wahhabi, HTI, IM dan semacamnya.
Santri itu berusaha mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya
Karena:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا تزولُ قَدَمَا عبدٍ يومَ القيامةِ حتَّى يُسألَ عن أربعٍ: عَن عُمُرِه فيما أفناهُ، وعن جسدِهِ فيما أبلاهُ، وعن عِلمِهِ ماذا عَمِلَ فيهِ، وعن مالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وفيم أنفقَهُ
“Tidak beranjak dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat, sihingga ditanya tentang empat hal:
- Tentang umurnya, dihabiskan untuk apa
- Tentang tubuhnya, dipergunakan untuk apa
- Tentang Ilmunya, ilmu apa yang telah dia amalkan
- Tentang harta dimana didapat dan kemana dibelanjakan
Para ulama mengatakan :
عِلْمٌ بِلَا عَمَلٍ كَشَجَرَةٍ بِلَا ثَمَرَةٍ
“Ilmu tanpa amal itu seperti pohon tanpa buah”
Santri itu mengajarkan ilmu yang sudah dipelajarinya
Karena:
Allah ta’ala berfirman :
فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِم
“Mengapa tidak pergi dari masing-masing golongan di antara mereka beberapa orang untuk belajar ilmu agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali” QS at Taubah :122
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku meski hanya satu ayat”. (HR al Bukhari).
Santri itu tidak mau berfatwa tanpa ilmu, jika ditanya tentang sesuatu yang dia tidak tahu maka dia tidak gengsi mengatakan “saya tidak tahu”
Karena:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
مَنْ أَفْتَى بِغَيْرِ عِلْمٍ لَعَنَتْهُ مَلائِكَةُ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Barang siapa berfatwa tanpa ilmu maka malaikat yang ada di langit dan bumi melaknatnya”
Sayyidina Ali, sahabat nabi yang paling luas ilmunya berkata:
وَابَرْدَهَا عَلَى الكَبِدِ: سُئِلْتُ عَمَّا لا أَعْلَمُ, فَقُلْتُ: لا أَعْلَمُ
“Betapa tenang hatiku, setelah aku ditanya tentang sesuatu yang tidak aku tahu, kemudian aku mengatakan: Aku tidak tahu”
Sahabat Abdullah bin Umar berkata :
العلم ثلاث كتاب الله الناطق وسنة ماضية ولا أدري
“Ilmu itu ada tiga, kitab Allah (al Qur’an), sunnah dan perkataan: saya tidak tahu”
Santri itu menghormati, memuliakan dan mentaati gurunya selain dalam kemaksiatan
Karena:
Orang yang berilmu lebih mulia dari orang yang bodoh, Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Allah berfirman:
یَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمۡ وَٱلَّذِینَ أُوتُوا۟ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتࣲۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِیرࣱ
[Surat Al-Mujadilah 11]
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui dengan apa yang kalian lakukan”
Allah juga berfirman:
قُلۡ هَلۡ یَسۡتَوِی ٱلَّذِینَ یَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِینَ لَا یَعۡلَمُونَۗ
[Surat Az-Zumar 9]
“Katakanlah, tidak sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu”
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu berkata :
أنا عبد من علمنى حرفا واحدا، إن شاء باع، وإن شاء استرق
“Saya ibarat seorang hamba sahaya bagi orang yang telah mengajariku satu huruf. Jika dia berkehendak dia menjualnya dan jika dia berkehendak dia tetap menjadikannya hamba sahaya”